Home / DPD RI / Nasional

Kamis, 28 Oktober 2021 - 22:54 WIB

Sultan B Najamudin Menilai Perlu Penataan Kembali Konstitusi dari Hulu

Jakarta – Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin mengatakan reformasi yang sudah berjalan sejak 1998 perlu dikoreksi kembali. Menurutnya reformasi yang telah berjalan hingga saat ini belum berjalan sempurna karena melenceng dari nilai-nilai demokrasi Pancasila.

“Reformasi yang sudah berjalan puluhan tahun ini memang harus kita koreksi kembali. Apakah reformasi yang sudah berjalan ini bisa dikatakan sempurna? Saya kira reformasi kita offside dalam sisi demokrasi,” ucap Sultan saat launching Forum Dialektika di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (28/10).

Senator asal Bengkulu ini menilai demokrasi saat ini cenderung liberal karena tidak mengedepankan musyawarah. Saat ini kita hanya berkutik one man one vote yang justru melahirkan demokrasi kuantitatif. “Apalagi demokrasi kita mahal sekali, karena cenderung menjauhkan dari nilai-nilai demokrasi Pancasila. Dikit-dikit kita voting, tidak mengedepankan musyawarah. Demokrasi yang murni adalah musyawarah,” terangnya.

Baca Juga  Pemprov Bengkulu Targetkan 100 Persen Capaian Vaksinasi Covid-19 Sebelum Ramadhan 1443 H

Sultan juga menambahkan bahwa demokrasi kita menimbulkan sistem oligarki dari sektor politik dan ekonomi. “Saat ini kita lihat, ada seseorang yang tidak tahu apa-apa namun punya uang bisa langsung jadi. Ini merupakan PR kita, untuk itu kita harus melihat hulunya,” terangnya.

Ia berharap semua pihak harus bersama-sama dalam menata kembali konstitusi kita yaitu dari hulunya. Bukan tidak mungkin, orang-orang yang memiliki banyak uang akan mendirikan partai yang berakibat tertutupnya ruang demokrasi.

Baca Juga  Dampingi Wapres Sholat Id, Sultan: Lebaran Harus Menjadi Momentum Rekonsiliasi Nasional

“Sekarang ini tidak adil, potesi sebesar ini hanya dikontrol parpol, malah justru kita seperti paradoks demokrasi. Artinya, potensi munculnya pemimpin-pemimpin yang berkualitas ini dikerangkeng di hulu,” imbuh Sultan.

Sultan juga menyarankan seharusnya demokrasi kita juga bisa membuka luas bagi jalur independen atau non partai untuk menjadi presiden dan wakil presiden. Sehingga presiden tidak tersandera atau dikontrol oleh partai politik. “Jadi negara ini harus ditata kembali dari konstitusinya sehingga calon independen bisa maju sebagai presiden,” harapnya.

Di kesempatan yang sama, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan bahwa ada ruang dan perasaan yang menggelora pasca reformasi. Lantaran, Bangsa Indonesia belum memiliki bayangan pada 100 tahun kemerdekaan nanti yaitu pada tahun 2045. “Sampai hari ini, pada 2045 nanti kita belum tahu Indonesia seperti apa. Kita tidak tahu wajah Papua seperti apa, Aceh dan wilayah-wilayah lain, dan kehidupan masyarakat. Kita hanya disibukkan bertarung untuk bangku di istana dan Senayan,” ujarnya.

Baca Juga  Wartawan Juga Diperhatikan Walikota Lubuklinggau

Sementara itu, Pimpinan Ketua Forum Dialektika Yayat Biaro mengatakan bahwa tujuan utama dibentuknya Forum Dialektika yaitu untuk kepentingam bangsa ke depan. Ia berharap dari diskusi ini bisa memberikan gagasan kebangsaan yang lebih produktif lagi. “Kita ingin diskusi ini bisa menjadi gagasan yang lebih produktif dalam wawasan kebangsaan sekaligus memperbaiki kultur Indonesia,” harapnya.

Share :

Baca Juga

Nasional

Better Home dan Jotun Support Remajakan Gedung PWI

Nasional

Warga Semarang Ditemukan Tergantung

Nasional

Hadiri Rapat Paripurna HUT ke-73 Kab. Bengkulu Selatan, Gubernur Rohidin Pesankan Ini

DPD RI

Komite IV DPD RI Gelar RDPU Bahas Pelaksanaan UU Lembaga Keuangan Mikro

DPD RI

UU HPP Jangan Sampai Jadi Jebakan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kelas Menengah

DPD RI

Pimpinan DPD RI Apresiasi Penetapan 10 Tersangka Baru Kasus ASABRI

Nasional

Pasar Tradisional Mulai Bergeliat, Ketua DPD RI Minta Prioritas Vaksin ke Pedagang

Nasional

Kepadatan Kendaraan dan Pencemaran Udara di Jalan Raya Margonda, Depok