Obat Tenangnya Jiwa! Meyakini Bahwa Takdir Allah Selalu Baik
Obat Tenangnya Jiwa !Meyakini Bahwa Takdir Allah Selalu Baik

Ilustrasi
Hidup ini ibarat sebuah perjalanan panjang yang dipenuhi suka dan duka, senyum dan tangis, tawa dan keluh kesah. Kadang kita merasa berada di puncak kebahagiaan, namun di waktu lain kita harus menerima kenyataan pahit yang membuat hati terasa sempit. Dalam kondisi seperti itu, banyak manusia tergelincir pada satu kesalahan besar: menyalahkan keadaan bahkan menyalahkan takdir Allah. Padahal, jika direnungi dengan hati jernih, takdir Allah selalu baik, hanya saja kita sering tidak sabar, tidak syukur, dan tidak menyadari hikmah yang tersimpan di dalamnya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat ini jelas mengingatkan kita bahwa penilaian manusia sering kali terbatas. Sesuatu yang menurut kita pahit, bisa jadi adalah jalan menuju kebaikan yang lebih besar. Sebaliknya, hal yang kita sukai justru bisa mendatangkan keburukan. Maka, kunci utama ketenangan jiwa adalah percaya sepenuhnya kepada Allah, Sang Pengatur segala takdir.
Lalai, Sombong, dan Kurangnya Usaha
Kenyataannya, manusia sering lupa pada Tuhannya. Ketika ditimpa musibah, lidahnya cepat sekali menyalahkan keadaan. Padahal di waktu lapang, ia jarang bersujud, doa pun jarang terucap, bahkan ada yang tidak shalat sama sekali. Inilah bentuk kesombongan manusia terhadap Allah.
Lebih dari itu, sebagian manusia hanya mengeluh tanpa berusaha. Padahal hidup ini menuntut ikhtiar. Kalau kita tidak mampu menghasilkan dengan tenaga, maka gunakanlah akal pikiran yang Allah anugerahkan untuk mencari jalan keluar. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk berusaha sekuat tenaga lalu bertawakal kepada Allah, bukan hanya berpangku tangan menunggu takdir.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.”
(HR. Muslim)
Hadist ini menegaskan bahwa baik senang maupun susah, semua adalah kebaikan bagi orang beriman. Namun tentu saja, syukur dan sabar itu lahir dari hati yang tidak sombong kepada Allah, rajin bersujud, serta giat berusaha.
Contoh-Contoh dalam Kehidupan
1. Kurang Ibadah, Mudah Mengeluh
Ada orang yang hidupnya penuh keluhan. Rezeki sempit, usaha macet, keluarga bermasalah. Tetapi bila ditelusuri, shalat sering ditinggalkan, ibadah dilupakan, doa pun jarang dipanjatkan. Bagaimana mungkin berharap pertolongan Allah jika ia sendiri jauh dari-Nya?
2. Kesabaran dalam Musibah
Ada pula yang diuji dengan kehilangan pekerjaan. Ia tidak larut dalam putus asa, tapi segera bangkit, berusaha mencari peluang, sambil memperbanyak doa dan mendekatkan diri kepada Allah. Tidak lama kemudian, Allah gantikan dengan jalan rezeki yang lebih baik.
3. Syukur dalam Nikmat
Ada orang yang hidupnya sederhana, namun ia rajin shalat, banyak berdoa, dan selalu bersyukur. Hatinya jauh lebih tenang dibanding mereka yang hartanya berlimpah tapi lalai dari Allah.
4. Teladan dari Para Nabi
Kisah Nabi Ayyub عليه السلام adalah contoh nyata. Beliau diuji dengan penyakit bertahun-tahun, kehilangan harta dan anak-anaknya, tetapi tetap sabar dan tidak pernah berhenti berdoa. Akhirnya Allah sembuhkan dan mengembalikan nikmat-Nya berlipat ganda.
Langkah Menuju Ketenangan Jiwa
Rajin bersujud dan jauhi kesombongan.
Jangan hanya ingat Allah ketika susah. Ingatlah Allah di waktu lapang, agar Dia ingat kita di waktu sempit.
Perbanyak doa dan dzikir.
Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (QS. Ar-Ra’d: 28).
Gunakan tenaga dan akal untuk berusaha.
Ikhtiar adalah kewajiban. Setelah berusaha, barulah bertawakal.
Bersabar dalam ujian, bersyukur dalam nikmat.
Itulah ciri sejati seorang mukmin.
Yakin bahwa semua takdir Allah adalah kebaikan.
Mungkin pahit di awal, tapi pasti manis di akhirnya.
Penutup
Saudaraku, obat dari tenangnya jiwa adalah menerima dengan ikhlas segala ketetapan Allah. Namun jangan lupa, penerimaan itu harus disertai dengan sujud yang tekun, doa yang tulus, dan usaha yang sungguh-sungguh. Jangan sampai kita menyalahkan keadaan, padahal diri kita sendiri sombong terhadap Allah.
Ingatlah, dunia ini hanyalah sementara. Apa pun takdir yang Allah tetapkan, pasti ada hikmah besar di baliknya. Dengan bersabar, bersyukur, berusaha, dan bertawakal, insyaAllah kita akan menemukan ketenangan sejati yang tidak bisa dibeli oleh dunia.
Wallahu a’lam.