Oleh : Redaksi RI MEDIA

Pendidikan adalah ruang suci. Ruang di mana anak-anak harusnya merasa aman, dibimbing, dan dihargai. Namun kenyataan di lapangan sering kali ternodai oleh ulah oknun – mereka yang memakai seragam guru, tetapi tidak menjalankan nilai keguruan.

Kasus panggilan BK yang terjadi di Lubuklinggau ini adalah contoh nyata bahwa bukan sistemnya yang salah, tetapi ulah oknum di dalamnya.

Murid yang sebelumnya izin karena ibunya sakit, malah ditekan dengan ucapan yang tidak pantas:

“Guru yang kena kanker saja bisa mengajar tiga tahun, kamu izin orang tua sakit apa kamu bisa buat obatnya?”

Ini bukan nasihat.
Ini bukan pembinaan.
Ini adalah penghinaan, intimidasi, dan penyalahgunaan posisi pendidik.

Inilah yang kami sebut ulah oknum -mereka yang berlindung di balik jabatan guru tetapi gagal menunjukkan sikap seorang pendidik.

Surat panggilan resmi dari sekolah boleh terlihat rapi, tetapi semua itu menjadi tidak berarti ketika perilaku di dalam ruang BK justru merusak prinsip pendidikan.

1. Ulah oknum seperti ini mencoreng wajah sekolah.

Sekolah kehilangan wibawa bukan karena murid, tetapi karena perilaku guru yang tidak menjaga lisan dan etika.

2. Ulah oknum menciderai kepercayaan orang tua.

Orang tua menitipkan anak untuk dibimbing, bukan dilukai melalui kata-kata yang merendahkan.

3. Ulah oknum diduga melanggar aturan pendidikan.

Permendikbud 82/2015 jelas melarang kekerasan psikis.
Kode Etik Guru mewajibkan guru menjaga martabat siswa.
Ulah oknum seperti ini bertentangan dengan semua aturan itu.

4. Ulah oknum dapat memicu trauma psikologis pada murid.

Murid bukan robot. Mereka punya perasaan, punya beban keluarga, dan punya hak untuk diperlakukan manusiawi.

Saatnya Sekolah Bertindak

Sekolah harus berani menegur.

Kepala sekolah harus memanggil oknum guru tersebut untuk evaluasi.

Dinas Pendidikan harus turun tangan jika ini berulang.

Jangan sampai ulah segelintir oknum merusak reputasi sekolah dan mencederai masa depan anak-anak.

Penutup

Pendidikan tidak akan maju jika ulah oknum terus dibiarkan.
Guru sejati membimbing dengan hati.
Oknum merusak dengan lisan dan ego.

Hentikan ulah oknum, selamatkan pendidikan kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *