29 Oktober 2025

“Curup Menyapa Dunia: Dari Sungai yang Dibersihkan, Rejang Lebong Bangkit Menjadi Kota Wisata Alam”

0

“Curup Menyapa Dunia: Dari Sungai yang Dibersihkan, Rejang Lebong Bangkit Menjadi Kota Wisata Alam”

IMG-20251017-WA0019

Foto Tangkapan Layar traverse.id

Oleh: Deni Irwansyah

Kabut tipis turun perlahan di pagi hari. Dari kejauhan, suara gemericik air sungai terdengar menenangkan. Di tepi aliran itu, beberapa warga terlihat bekerja sama membersihkan sampah yang tersangkut di bebatuan. Bukan pemandangan biasa – tetapi sebuah tanda kebangkitan.
Di sinilah kisah baru Rejang Lebong dimulai. Sebuah daerah yang sedang menata diri, menyatukan alam, budaya, dan kesadaran masyarakat untuk menjadi Kota Wisata Alam yang berkelas dan berkelanjutan.

Filosofi di Balik Nama “Curup”

Nama Curup, ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, memiliki makna yang lekat dengan alam. Dalam bahasa Rejang – bahasa salah satu suku tertua di Bengkulu – kata “Curup” atau “Tjurup” berarti air terjun atau aliran air menurun.
Makna itu bukan kebetulan. Alam Rejang Lebong memang dikelilingi oleh sungai, mata air, dan air terjun yang memukau. Dari Air Terjun Kepala Curup yang legendaris hingga Air Terjun Tri Sakti yang memesona, semua menggambarkan kehidupan masyarakat yang tumbuh di antara air dan kesuburan.

Versi lain menyebut nama “Curup” berasal dari istilah lokal “cu’up”, sebutan untuk daerah dengan banyak aliran air menurun tempat masyarakat Rejang dahulu bermukim. Dari generasi ke generasi, kata itu melekat, menjadi nama kota yang kini berkembang menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, dan kebudayaan.
“Curup” bukan sekadar nama – melainkan simbol hubungan spiritual antara manusia dan alam.

Gerakan Bersih Sungai: Langkah Nyata dari Hati

Kini, filosofi itu hidup kembali. Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong di bawah kepemimpinan Bupati Muhammad Fikri Thobari, SE., M.AP. dan Wakil Bupati Dr. H. Hendri Praja, S.STP., M.Si. menggagas gerakan besar: membersihkan sungai, menata lingkungan, dan mengembalikan kejernihan air sebagai jantung kehidupan.
Gotong royong massal membersihkan sungai bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi panggilan hati. Warga, TNI-Polri, hingga pelajar turun bersama ke bantaran Air Duku dan sungai-sungai lain yang melintasi Curup.

Pesannya sederhana tapi kuat:

“Jangan lagi buang sampah ke sungai. Buanglah sampah pada tempatnya. Jagalah kebersihan lingkungan.”

Satu tindakan kecil ini menjadi awal dari perubahan besar. Karena sungai yang bersih bukan hanya tentang keindahan, tetapi tentang masa depan – tentang pariwisata, ekonomi, dan kehidupan.

Menyusuri Surga Alam Rejang Lebong

Ketika sungai mulai bersih dan lingkungan tertata, wisata pun bangkit. Rejang Lebong seolah membuka pintu bagi dunia untuk datang dan menikmati keindahannya.
Di Suban Air Panas, uap hangat yang keluar dari perut bumi berpadu dengan kesejukan udara pegunungan. Tempat ini tak hanya menjadi lokasi pemandian, tetapi juga ruang relaksasi alami yang menyembuhkan.

Naik sedikit ke ketinggian, berdiri megah Bukit Kaba, gunung berapi yang masih aktif dengan panorama luar biasa. Dari puncaknya, mata memandang jauh – hamparan sawah, hutan hijau, dan lembah Curup terlihat bagai lukisan alam yang tak ternilai.

Bagi pecinta ketenangan, Danau Mas di Curup Tengah menyuguhkan air tenang yang memantulkan langit biru. Sementara Danau Talang Kering yang kini menjadi padang hijau eksotis, menawarkan keindahan berbeda: sunyi, tenang, dan menenangkan hati.

Setiap tempat menyimpan kisahnya sendiri – kisah tentang keseimbangan, tentang manusia yang hidup berdampingan dengan alam.

Wisata Hidup, Ekonomi Tumbuh

Ketika wisata berkembang, ekonomi rakyat ikut berputar. Wisatawan yang datang akan menginap di homestay, makan di warung lokal, membeli oleh-oleh khas, dan menikmati keramahan masyarakat Curup.
Inilah yang mulai disadari masyarakat: kebersihan dan keramahan adalah modal utama wisata.

Sampah yang dibuang sembarangan bukan hanya mengotori alam, tapi juga menutup peluang ekonomi. Sebaliknya, sungai yang bersih, jalan yang tertata, dan taman yang asri akan membuat wisatawan datang kembali, membawa rezeki baru untuk warga sekitar.

Kepemimpinan Fikri–Hendri Praja: Menata dari Akar

Pasangan Fikri-Hendri Praja menghadirkan kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan nyata. Mereka tidak hanya membangun secara fisik, tetapi menyentuh kesadaran masyarakat.
Bagi mereka, membangun wisata bukan hanya soal promosi, tapi soal karakter: membentuk masyarakat yang peduli, lingkungan yang bersih, dan alam yang lestari.

Gerakan kebersihan sungai menjadi langkah strategis yang menyentuh tiga hal sekaligus: ekologi, ekonomi, dan edukasi.
Ekologi, karena alam dijaga. Ekonomi, karena wisata tumbuh. Edukasi, karena masyarakat belajar mencintai lingkungannya sendiri.

Dari Sungai yang Jernih, Tumbuh Harapan Baru

Rejang Lebong kini sedang menulis babak baru dalam sejarahnya. Dari tanah yang dahulu dikenal karena kesejukan udaranya, kini muncul sebagai daerah dengan potensi wisata yang menawan.
Kebersihan sungai bukan hanya lambang dari perubahan, tetapi cermin kesadaran baru masyarakatnya.

Dari kaki Bukit Kaba yang diselimuti kabut, dari derasnya Air Terjun Tri Sakti, dari hangatnya Suban Air Panas, hingga tenangnya Danau Mas – semua bersatu membentuk harmoni alam yang indah dan hidup.

Rejang Lebong tengah bangkit. Dengan alam yang dijaga, sungai yang dibersihkan, dan masyarakat yang peduli, masa depan wisata bukan lagi mimpi – melainkan kenyataan yang sedang tumbuh dari tepi sungai yang kini mulai jernih kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *