Semangat Sumpah Pemuda dan Marwah Wartawan Sejati
Semangat Sumpah Pemuda dan Marwah Wartawan Sejati
Oleh: Deni Irwansyah
Ditulis Hari Peringatan Sumpah Pemuda 28 Okteber 2025
“Saat pohon tumbang, semua orang mendengar suaranya. Tapi saat pohon tumbuh, tak seorang pun mendengarnya.
Kalimat itu sederhana tapi tajam – menampar kesadaran banyak orang, terutama bagi kita yang mengaku sebagai insan pers. Ia mengingatkan bahwa kerja keras dan ketulusan sering tak terdengar, tapi sekali kita salah langkah, dunia akan bersuara lantang.
Sumpah Pemuda adalah ikrar persatuan pemuda Indonesia yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II di Batavia (Jakarta). Ikrar ini merupakan titik tolak persatuan bangsa – mengakui satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan: Indonesia.
Peristiwa bersejarah ini lahir dari semangat melawan keterpecahan perjuangan di bawah penjajahan Belanda, dan menjadi fondasi penting dalam perjuangan kemerdekaan.
Kini, hampir seabad kemudian, tepat di momen Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025, kita kembali diingatkan bahwa semangat persatuan, idealisme, dan pengabdian belum boleh padam – termasuk dalam dunia pers.
Di era digital hari ini, siapa pun bisa mengaku wartawan. Tapi apakah semua benar-benar menulis untuk rakyat?
Ngakunya wartawan, tapi menulis setahun sekali – itu pun acak-acakan. Tidak memahami kode etik jurnalistik, tidak tahu tanggung jawab moral di balik pena yang dipegangnya. Mereka hanya muncul ketika ada amplop, bukan ketika rakyat butuh suara.
Inilah yang kemudian melahirkan stigma “wartawan bodrek” – label yang menyakitkan tapi lahir dari kenyataan.
Padahal profesi wartawan adalah profesi mulia. Wartawan sejati tidak menjual berita, ia memperjuangkan kebenaran. Ia bukan pelayan kepentingan, tapi penjaga nurani bangsa.
Momen Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025 seharusnya menjadi pengingat:
seperti para pemuda 97 tahun lalu yang bersumpah untuk satu Indonesia, kini kita – para wartawan – harus bersumpah untuk satu komitmen: menjaga marwah profesi dan menulis dengan hati.
Jangan mau dicap wartawan bodrek.
Buktikan dengan karya, bukan bicara.
Bangun kepercayaan publik lewat tulisan yang bermutu, bukan dengan basa-basi dan pesanan.
Karena ketika wartawan berhenti menulis dengan hati, matilah nurani pers itu sendiri.
Menjadi wartawan sejati berarti menanam pohon kebenaran, bukan menebangnya.
Sebab, seperti pepatah bijak itu – saat pohon tumbang, semua orang mendengar suaranya; tapi saat pohon tumbuh, tak seorang pun memperhatikannya. Maka tumbuhlah dalam diam, tapi berbuah nyata untuk bangsa.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025.
Bangkitkan semangat, tegakkan idealisme.
Menulislah untuk negeri, untuk masyarakat banyak,
dan untuk Indonesia yang kita cintai bersama.
