Angka Perkawinan Anak dan Dewasa di Indonesia Menurun Signifikan
Angka Perkawinan Anak dan Dewasa di Indonesia Menurun Signifikan

Foto Dok: Indonesia go id
Jakarta, ri-media.id – 24 Juli 2025 – Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), pernikahan anak (pasangan <19 tahun) terus menunjukan penurunan yang signifikan. Dari 8.804 pasangan pada 2022, turun menjadi 5.489 pada 2023, dan kembali turun ke 4.150 pada 2024 .
Pemerintah Intensifkan Program BRUS
Menurut Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad, penurunan ini bukan kebetulan, melainkan buah dari strategi pencegahan sistematis melalui program Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS). Program ini melibatkan penyuluh agama, petugas KUA, serta organisasi keluarga dan perlindungan anak . Fokusnya adalah membangun kesiapan mental, emosional, dan sosial remaja sebelum memasuki dunia pernikahan.
Dampak Sosial
Kesadaran masyarakat mengenai risiko pernikahan anak—mulai dari perceraian dini, persoalan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga stunting—kian meningkat. Abu Rokhmad menegaskan, “Ini tugas kolektif antara sekolah, orang tua, tokoh agama, dan masyarakat,” untuk membangun ketahanan keluarga sejak awal .
Tren Penurunan Pernikahan Dewasa
Tak hanya pernikahan anak, data BPS pada 2023 juga menunjukkan penurunan jumlah pernikahan secara umum sebanyak 128.000 pasangan, total menjadi 1.577.255 pernikahan .
Penyebab Perubahan Pola Pernikahan
Prof. Bagong Suyanto, sosiolog dari Unair, menyoroti perubahan sosial-ekonomi sebagai faktor utama. Pendidikan dan peluang kerja yang lebih baik membuat perempuan semakin selektif dan mandiri. Sementara itu, tantangan ekonomi menyebabkan sebagian pria menunda menikah karena sulitnya mendapatkan pekerjaan layak . Ditambah, meningkatnya kasus perceraian, KDRT, dan perselingkuhan juga memengaruhi persepsi generasi muda terhadap pernikahan .
Makna Sosial dari Angka yang Menurun
Prof. Bagong memandang penurunan pernikahan bukan sekadar tren, melainkan pergeseran menuju kualitas hidup yang lebih matang:
> “Ketika seseorang menikah dalam kondisi belum siap secara mental dan ekonomi, justru akan menimbulkan masalah baru.”
Kesadaran akan pentingnya pendidikan pra-nikah, pemberdayaan perempuan, dan ketahanan keluarga menjadi strategi jangka panjang pemerintah dalam membentuk generasi masa depan lebih sehat dan berdaya.
Kesimpulan: Tren penurunan pernikahan anak dan dewasa di Indonesia mencerminkan transformasi sosial: dari sekadar kuantitas menuju kualitas kehidupan berkeluarga. Perlu kolaborasi terus-menerus agar generasi muda memasuki pernikahan dengan kesiapan mental dan ekonomi—sebuah fondasi bagi keluarga yang kokoh dan sejahtera.
sumber Indonesia.go.id
Sumber asli: “Angka Perkawinan Anak dan Dewasa di Indonesia: Perubahan Sosial dan Kesadaran Kolektif”.