12 Oktober 2025

Tragedi di Sidoarjo: Robohnya Musala Ponpes Al-Khoziny Menelan Korban Jiwa, 49 Santri Masih Dicari

0

Tragedi di Sidoarjo: Robohnya Musala Ponpes Al-Khoziny Menelan Korban Jiwa, 49 Santri Masih Dicari

IMG-20251004-WA0028

Foto: Tangkapan Layar video facebook

Sidoarjo, ri-media.id – 4 Oktober 2025. Insiden memilukan mengguncang Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ketika musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Kecamatan Buduran runtuh. Hingga kini, jumlah korban tewas terus bertambah — mencapai 14 jiwa, sementara 49 santri masih belum ditemukan dan dalam proses pencarian intensif tim SAR gabungan.

Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga santri, pengajar, dan masyarakat pesantren. Proses evakuasi dan pencarian pun berlanjut selama 24 jam penuh, didukung oleh berbagai unsur — Basarnas, BPBD, TNI-Polri, PMI, tagana, pemadam kebakaran, dan relawan lokal.

Rekapan Data Korban & Proses Evakuasi

Menurut pengumuman resmi dari BNPB, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari menyampaikan bahwa dari total 167 orang yang tercatat dalam daftar absensi pondok:

118 orang telah ditemukan

103 orang dalam kondisi selamat

14 orang sudah meninggal dunia

1 orang kembali ke rumah tanpa memerlukan perawatan medis lanjutan

89 orang sudah diperbolehkan pulang

1 orang dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto

49 orang masih dalam status hilang / dalam pencarian berdasarkan daftar absensi pondok

Pada Jumat (3/10) malam — data terakhir diperbarui per pukul 23.05 WIB — tercatat tambahan 8 jenazah berhasil dievakuasi. Tim SAR berfokus melakukan pembersihan puing dari sisi utara bangunan yang runtuh, terutama bagian yang sudah tidak terintegrasi dengan struktur utama, agar jalur evakuasi makin terbuka.

Beberapa foto dan dokumentasi menampilkan alat berat yang dikerahkan untuk membongkar puing bangunan musala sehingga akses tim evakuasi bisa diperluas dan korban yang kemungkinan masih terjebak bisa segera ditemukan.

Kondisi dan Faktor yang Bisa Menjadi Penyebab

Meskipun penyebab pasti runtuhnya musala belum diumumkan secara resmi, sejumlah faktor patut dicermati:

1. Konstruksi bangunan — apakah pondasi musala cukup kokoh untuk beban bangunan dan aktivitas pengunjung.

2. Pemeliharaan rutin — apakah ada kerusakan struktural yang telah lama tidak diatasi.

3. Muatan & kapasitas — jumlah orang dan beban kegiatan (misalnya kegiatan ibadah, kajian) yang melampaui kapasitas ideal.

4. Pengaruh eksternal — sudahkah cuaca ekstrem, gempa kecil, atau getaran lain turut memicu keruntuhan.

5. Standar bangunan sipil — apakah pembangunan musala telah mengikuti persyaratan keamanan sipil dan struktur tahan gempa sesuai regulasi daerah.

Investigasi teknis dari instansi terkait (BPBD, dinas pekerjaan umum, lembaga struktur bangunan, dan pihak berwenang) diperlukan segera agar akar masalah dapat terungkap dan langkah mitigasi bisa diambil supaya tragedi serupa tak terulang.

Dampak & Respons dari Berbagai Pihak

Tragedi ini segera memicu reaksi dari pemerintah daerah, lembaga keagamaan, dan masyarakat luas:

Pemkab Sidoarjo kemungkinan akan membuka posko pendampingan keluarga korban dan menyalurkan bantuan darurat (logistik, medis, psikologis).

Dinas Pendidikan dan Keagamaan setempat dapat memfasilitasi pengawasan bangunan pesantren, terutama untuk struktur yang di dalamnya terdapat tempat ibadah, ruang kegiatan santri, serta memastikan standar keamanan bangunan pesantren.

Organisasi kemanusiaan & relawan lokal turut dikerahkan membantu evakuasi, distribusi bantuan, serta psikososial bagi santri dan keluarga yang trauma.

Masyarakat luas banyak yang menyampaikan duka, dukungan doa, dan donasi untuk membantu korban dan proses evakuasi.

Dalam jangka panjang, insiden ini bisa menjadi momentum revisi regulasi keamanan bangunan pesantren, audit rutin struktur bangunan ibadah, dan peningkatan kesadaran akan keselamatan fisik di institusi pendidikan keagamaan.

Apa Harus Dilakukan Selanjutnya?

Beberapa langkah harus segera dilakukan agar proses evakuasi maksimal dan pencegahan ke depan bisa efektif:

Mempercepat pencarian 49 santri yang hilang dengan metode pencitraan (drone, radar tembus tanah) serta penggalian terukur di area puing.

Melibatkan ahli struktur bangunan dan geoteknik untuk mengevaluasi stabilitas tanah dan fondasi pondasi musala.

Menyisir ulang daftar absensi dan keberadaan santri serta memverifikasi satu per satu lokasi mereka berada saat runtuh.

Memberikan layanan medis dan psikologis intensif kepada korban selamat dan keluarga korban.

Menyusun rekomendasi teknis jangka panjang: audit keamanan semua bangunan di lingkungan pesantren, pencegahan risiko struktural, sertifikasi keamanan bangunan ibadah.

Transparansi publik — publik berhak tahu penyebab keruntuhan, siapa yang bertanggung jawab, dan bagaimana perbaikan berikutnya.

Penutup

Tragedi ambruknya musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo menjadi duka mendalam bagi dunia pendidikan keagamaan. Korban jiwa, puluhan santri hilang, dan proses evakuasi yang dramatis menunjukkan betapa gentingnya perlunya pengawasan terhadap keselamatan infrastruktur keagamaan.

Semoga tim SAR segera menemukan seluruh korban yang masih hilang, penyebab ambruk tuntas diungkap, serta langkah mitigasi nyata diambil agar kejadian serupa tidak lagi terulang di masa depan. (Dn)

Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *