“Dengan Keterbatasan Kaki dan Hidup yang Pas-Pasan, Ia Justru Bisa Mencium Ka’bah — Sementara Kita Masih Menunggu.”

Di tengah hiruk pikuk jutaan manusia di Tanah Suci, ada satu sosok yang membuat siapa pun yang melihatnya tertunduk, terdiam, bahkan menangis.

Namanya Bapak Gito. Seorang petani kebun jeruk. Hidupnya tidak mewah, ekonominya pas-pasan, dan fisiknya — terutama kakinya — memiliki keterbatasan yang tidak semua orang sanggup menjalani.

Namun di balik semua keterbatasan itu, Bapak Gito justru menjejakkan kakinya di Baitullah. Ia tak sekadar hadir, tapi Allah izinkan dirinya mencium Ka’bah.

Bukan karena dia kaya.
Bukan karena dia punya banyak harta.
Tapi karena ia punya niat yang besar, sabar yang tak terukur, dan usaha yang tidak pernah henti.

Ia kumpulkan uang sedikit demi sedikit — dari pecahan seribu, dua ribu rupiah — dengan penuh harap dan doa. Setiap rupiah adalah perjuangan. Setiap hari adalah tabungan pahala.

Dan lihatlah…
Dengan kaki yang terbatas, ia melangkah lebih jauh dari kita yang memiliki fisik sempurna.
Dengan uang yang tak seberapa, ia justru bisa sampai ke Tanah Suci, yang bagi sebagian dari kita hanya sekadar angan.

Malu rasanya…
Kita yang punya kendaraan, punya rumah, punya simpanan — tapi selalu bilang, “nanti saja…”
Kita yang tubuhnya sehat dan kuat, tapi tidak juga melangkah untuk memenuhi panggilan-Nya.
Sementara ia, dengan segala keterbatasannya, justru lebih dulu mencium Ka’bah…

Air mata menetes bukan karena sedih, tapi karena malu dan haru.
Harusnya kita bisa lebih bersyukur. Harusnya kita bisa lebih cepat taat.
Tapi seringkali kita menunggu, sampai Allah tak lagi memberi waktu.

Jangan tunggu panggilan ketiga…

Jangan biarkan diri terus menunda-nunda kebaikan yang sudah jelas di depan mata.

✈️ 25 September — Penerbangan via Lion Air
💰 Biaya Umrah: Rp 27.500.000
🎁 Bonus: City Tour Thaif GRATIS
💖 Bersama: Elmira Haromain CSM – Melayani dengan Setulus Hati

📲 Segera daftar sekarang. Tempat terbatas.
WA: 085886644188.
Karena panggilan ini… mungkin tidak datang dua kali.